Jumat, 30 November 2012

KETIKA ISTRI MENGELUH


Seorang istri membuat pengakuan mengejutkan kepada suaminya, bahwa ternyata sebagai istri dia tidak merasa bahagia. Si suami pun dengan sabar mendengarkan keluhan si istri.

“Istri tetangga tiap sebentar ganti baju baru, sedangkan pakaianku itu-itu saja dan sudah lusuh semua. Temanku punya sepatu yang selalu berganti setiap hari kerja, sedangkan sepatuku ketinggalan mode dan hanya satu-satunya,” keluh si istri.

Tak mau berhenti, dia melanjutkan keluhan lagi, “Harusnya kita punya tiga panci, jika cuma punya satu susah sekali memasak!”
Lain waktu, dia berkeluh kesah kembali, “Tidak mungkin lagi kita mengandalkan sepeda motor tua. Anak kita sudah dua, susah kalau pergi ke mana-mana. Sudah saatnya kita punya mobil!”

Berikutnya keluhan lain juga muncul, “Capek mengurusi dua anak, sudah waktunya rumah ini memiliki pembantu.”

Akhirnya si suami menanggapi, “Baiklah, aku akan mengabulkan semua keinginanmu. Kita akan membeli baju dan sepatu baru. Peralatan memasak juga akan ditambah. Pembantu akan didatangkan menggantikan kesibukanmu. Kita pun akan pergi ke showroom mobil untuk memilih yang paling kita sukai.”
Istrinya pun kaget, “Kok, langsung semuanya dikabulkan? Uangnya dari mana?”

Si suami menjawab, “Tak usah dipikirkan uangnya, itu urusanku. Penuhi saja satu syarat, niscaya semua keinginanmu akan diwujudkan.”
“Boleh, sebutkan saja syarat itu. Tapi jika syaratnya kau ingin menikah lagi, aku tidak mau!” tukas istrinya sewot.

“Syaratnya, cobalah kau ingat satu per satu nikmat yang telah diberikan Allah dan syukurilah nikmat itu,” ujar suaminya seraya tersenyum.
Sesuai dengan kesepakatan, si istri pun mulai menghitung nikmat Allah satu per satu lalu mensyukurinya. Ternyata dia menemukan banyak keajaiban:

  • Saat anak-anaknya tidur, dipandanginya wajah bocah-bocah cilik itu. Rasa haru menyelusup ke rongga hatinya, dia menyadari betapa besar makna kehadiran mereka. Anak-anak itu yang membuat hidupnya sebagai ibu menjadi teramat indah dan penuh warna. Dia bersyukur mendapatkan buah hati yang sangat lucu, ketika para sahabatnya masih terus kesepian tanpa anak di rumah megahnya.
  • Dialihkannya pandangan ke arah sang suami yang juga terlelap. Pria itu teramat baik, sabar, dan tegar. Tidak ada keluhan yang disampaikannya selama berumah tangga. Wanita itu bersyukur karena lebih beruntung dibandingkan dengan istri lain yang menjadi sasaran kekerasan suami mereka. Bahkan di antara teman-temannya masih banyak yang melajang di usia senja.
  • Dibukanya lemari pakaian. Di sana berjajar beberapa pakaian yang dibelikan suaminya dengan uang hasil kerja kerasnya. Wanita itu ingat betapa sabar si suami mendampinginya seharian di pasar untuk memilihkan pakaian yang terbaik baginya. Dia bersyukur pakaiannya masih lebih baik daripada busana temannya yang betul-betul tak punya pilihan.
  • Kaki pun dilangkahkannya ke arah dapur. Di sana perabotan tersusun rapi, meski bukan barang mahal, tapi cukup lengkap. Dia bersyukur sampai detik ini anak-anak dan suaminya tidak suka makan atau jajan di luar. Seluruh anggota keluarga menyukai masakannya. Kalau teringat itu, semangat hidupnya jadi menyala-nyala, hilang semua rasa capeknya selama ini. Dia pun tak mau kasih sayang keluarga beralih kepada pembantu.
  • Di dapur pula dia mendapati sepeda motor, kendaraan kebanggaan mereka sekeluarga. Sepeda motor itu baru saja lunas kreditnya, setelah cukup lama dicicil suaminya. Kendaraan itu diperoleh dengan uang halal sehingga terasa nikmat saat memakainya. Dia bersyukur tak ada rasa waswas ketika mengendarainya, tidak seperti tetangga yang mobilnya ikut disita aparat karena diperoleh dengan korupsi.
Esok harinya dia menemui suaminya. Dia tak merasa perlu dibelikan semua benda yang dituntutnya tempo hari. Cukup membeli yang betul-betul penting dan dibutuhkan saja. Mengapa? Karena dia telah menemukan kebahagiaan itu ada dalam rasa syukur. Kebahagiaan telah terhampar di dalam keluarga sederhananya. Istri itu tak mau kehilangan kebahagiaan yang tengah dinikmatinya hanya karena terlalu banyak menuntut.

Sahabat, Kebahagiaan tidak bisa kita dapatkan dengan banyak menuntut, melainkan dengan mengurangi tuntutan. Kebahagiaan juga tidak identik dengan banyaknya harta benda, kendati banyaknya kekayaan juga salah satu faktor kebahagiaan, tetapi keberadaan Keluarga yang saling menghargai penuh kasih sayang jauh lebih membahagiakan dari yang lainnya. Kebahagiaan tidak kita capai dengan mewujudkan semua keinginan, tetapi dengan menikmati dan mensyukuri apa yang sudah kita miliki.

Rasulullah Saw bersabda. : Barang siapa beriman kepada Allah Swt dan Hari Akhir, hendaklah ia tidak menganggu tetangganya. Jagalah pesanku tentang kaum Wanita agar mereka diperlakukan dengan baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau berusaha untuk meluruskannya, tulang itu akan patah. Jika engkau membiarkannya, tulang itu tetap bengkok. Oleh karena itu, jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan baik " (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Salah satu kewajiban suami terhadap istri adalah meperlakukannya dengan baik. Perlakuan baik kepadanya bukan hanya tidak menyakitinya, melainkan juga bersabar atas perilaku buruk, kelamban geraknya, kebawelannta, kecerewetannya dan kemarahannya . Ketahuilah bahwa ada istri beliau yang mengejek beliau dengan mengulang perkataanya dan ada pula yang tidak memperdulikan beliau hingga malam tiba. Lebih dari itu, laki-laki dapat lebih bersabar atas perilaku buruk istri dengan humor yang bisa menyenangkan hati. Bahkan Istri Umar bin Khathab terkenal sebagai wanita yang super cerewet, tetapi Umar yang begitu gagah perkasanya tidak menggunakan kekerasannya kepada istrinya, dia hanya senyum-senyum sambil lihat istrinya ngomel-ngomel dan berkata ringan dalam hati, ” he he he ntar juga berhenti sendiri kalo udah capek ngomel ”.

MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Yuk, Kita ikutan Program-Program Amal Sholeh Rutin di Rumah Yatim Indonesia, silahkan dipilih sesuai kemampuan dan selera kita : FOOD for YATIMPERISAI HIDUP, SEDEKAH DAGING, WAKAF AL-QUR’AN, WAKAF BANGUNAN, WAKAF, WAKAF IKAN, SENYUM ZAKAT, WAKAF SUMUR, dan WAKAF BUSANA SHOLAT. Klik saja http://www.rumah-yatim-indonesia.org 

Ust.Aly, Motivator Ideologis, tolong SHARE  berikut LINKnya ya............


  • Rekening Rumah Yatim Indonesia 

Bank BCA :
KCU. Kalimalang
230.38888 96  atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI : 
131.00.1047101.1 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
156.0003296409 Cab.Jatibening, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
0001.358.656 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
305.00116.15 Cab.Kalimalang, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank SYARIAH MANDIRI Cab.Tasikmalaya : 7032361948 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI Cab.Tasikmalaya : 0244928496 atas nama Rumah Yatim Indonesia
BNI Syari'ah Cab.Tasikmalaya: 6523518141 atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI Cab.Tasikmalaya : 010001055225502 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb Cab.Tasikmalaya :
0017778552100 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

 Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau087885554556 atau BBM ke 2843E80F ( Ust.Aly )

Kantor Pusat : Jl.ir.H.Juanda no.10 Tasikmalaya Tlp.0265-2354149
Pusat Kegiatan : Jl.Bandung Blok II no.A137-142  Perumanas Kotabaru Cibeureum Tasikmalaya Tlp.0265-2351868/2351814
Cabang Kegiatan : Lengkapnya bisa dilihat di http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com
Foto & Video Kegiatan RYI  bisa dilihat di http://www.facebook.com/rumahyatimindonesiatv
 

ANAK KITA BUKAN ROBOT


Bu Linar mewarisi dendam kesumat akibat sejak kecil dirundung penderitaan dan penghinaan. Tidak ingin selamanya hidup menderita dan dicaci, dia berhasil menaikkan harkat keluarganya dengan bekerja keras menjadi guru. Sayang, dendam masa lalu terlalu berakar dalam dirinya. Bu Linar pun menjadi sombong, induk dari segala macam dosa.

Dia suka pamer dan membangga-banggakan dirinya. Bahkan dia menghalalkan segala macam cara agar keinginannya tercapai.
Dan yang pertama menjadi korban adalah anak-anaknya sendiri. Mereka dipaksa menanggung ambisi besar si ibu dengan belajar setiap waktu. Selain belajar di sekolah dari pagi hingga siang, mereka juga mendapatkan les privat langsung setelah sekolah usai. Sore harinya mereka les vokal, les tari, dan malam hari les yang lainnya lagi.

“Kalian tahu betapa sulitnya mencari uang! Sementara kalian enak-enak saja! Tugas kalian cuma satu, yaitu berprestasi!” teriak Bu Linar tiap jumpa anak-anaknya sedang santai

Anak-anak Bu Linar kehilangan masa kanak-kanak mereka demi mewujudkan cita-cita si ibu. Dan memang mereka semua mendapatkan juara pertama, bahkan juara umum di sekolah. Namun, itu semua tidak membuat mereka bahagia.

“Prestasi kalian harus ditingkatkan lagi. Ibu belum puas!” seru si ibu saat memaksa anak-anaknya belajar pada masa liburan.
Selain menyuruh anaknya selalu belajar, setiap hari si ibu memeriksa PR dan hasil ulangan anak-anaknya. Apabila ada satu nomor saja yang salah maka dia tak ragu-ragu memukul buah hatinya dengan kayu atau rotan.

“Kalian anak Ibu, Ibu yang melahirkan kalian, Ibu berhak mengajar kalian supaya tahu diri!” makinya. Kondisi itu semakin parah karena sikap si ayah setali tiga uang dengan si ibu.

Bu Linar juga memaksa anak-anaknya ikut lomba model yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan si anak. Setiap kali menjadi juara, dia pun memamerkannya kepada tetangga kanan kiri. Sementara itu, anaknya semakin tak bahagia, apalagi saat ibu mereka berkata, “Lihat tuh, lemari piala itu sangat besar dan mahal! Kalian harus mengisinya dengan piala-piala hasil juara lomba!”

Tak heran lama-kelamaan anaknya jatuh sakit karena stres ditekan si ibu. Lagi-lagi si ibu tidak ambil pusing dengan kondisi anaknya. Yang penting keinginannya terlaksana.

Belasan tahun berlalu, Bu Linar tak habis pikir, anak-anaknya yang sejak kecil selalu berprestasi menjadi orang yang tidak punya pendirian. Mereka plin-plan, peragu, penakut, dan gagal dalam pergaulan sosial. Anak-anaknya memang sudah dewasa, tetapi sifatnya masih kekanak-kanakan. Segalanya terserah kepada keinginan si ibu.

Begitu juga soal mendapatkan pekerjaan. Si ibu harus turun tangan dengan meloloskan semua anaknya menjadi pegawai di sejumlah instansi pemerintah. “Walau gagal menjadi artis top, menjadi pegawai masih dapat dibanggakan,” ujarnya.

Sayangnya, karier anak-anaknya mandek karena tidak terbiasa kreatif. Mereka bergantung pada perintah ibunya sehingga tidak cakap mengelola hidupnya sendiri. Malangnya, mereka mengalami gangguan kejiwaan, yaitu selalu dihinggapi rasa takut, terutama takut gagal sehingga cenderung tidak melakukan apa-apa. Bahkan mereka akan langsung jatuh sakit jika berhadapan dengan sedikit masalah.
----------

Sahabat, Setelah mempunyai anak hendaknya kita lebih memahami bahwa kita orang tua tidak selalu benar. Jangan sampai ambisi kita mengorbankan  kebahagiaan anak-anak kita karena Prestasi yang berasal dari jiwa yang tertekan tidak akan mendatangkan kebahagiaan.

Ya…anak-anak kita bukan Robot yang siap membantu melayani dan mewujudkan keinginan-keinginan kita yang sesa’at.

Tugas kita justru bagaimana Anak-Anak kita mempunyai karakter yang kuat dan keimanan yang kokoh sehingga jika kita lebih dulu meninggalkan mereka, kita bisa istirahat dengan tenang dan tersenyum indah ketika kita sedang ‘beristirahat’ di Alam Barzah nanti

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin 'Ali, dan di sisi Nabi ketika itu ada Al-Aqro' bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro' berkata, "Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallampun melihat kepada Al-'Aqro' lalu beliau berkata, "Barangsiapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi" (HR Al-Bukhari )

Datang seorang arab badui kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, "Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium mereka". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut kasih sayang dari hatimu" (HR Al-Bukhari )

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…" [at Tahrim : 6].

MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Yuk, Kita ikutan Program-Program Amal Sholeh Rutin di Rumah Yatim Indonesia, silahkan dipilih sesuai kemampuan dan selera kita : FOOD for YATIMPERISAI HIDUP, SEDEKAH DAGING, WAKAF AL-QUR’AN, WAKAF BANGUNAN, WAKAF, WAKAF IKAN, SENYUM ZAKAT, WAKAF SUMUR, dan WAKAF BUSANA SHOLAT. Klik saja http://www.rumah-yatim-indonesia.org 

  • Rekening Rumah Yatim Indonesia 
 Bank BCA :
KCU. Kalimalang
230.38888 96  atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI : 
131.00.1047101.1 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
156.0003296409 Cab.Jatibening, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
0001.358.656 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
305.00116.15 Cab.Kalimalang, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank SYARIAH MANDIRI Cab.Tasikmalaya : 7032361948 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI Cab.Tasikmalaya : 0244928496 atas nama Rumah Yatim Indonesia
BNI Syari'ah Cab.Tasikmalaya: 6523518141 atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI Cab.Tasikmalaya : 010001055225502 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb Cab.Tasikmalaya :
0017778552100 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

 Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau087885554556 atau BBM ke 2843E80F ( Ust.Aly )

Kantor Pusat : Jl.ir.H.Juanda no.10 Tasikmalaya Tlp.0265-2354149
Pusat Kegiatan : Jl.Bandung Blok II no.A137-142  Perumanas Kotabaru Cibeureum Tasikmalaya Tlp.0265-2351868/2351814
Cabang Kegiatan : Lengkapnya bisa dilihat di http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com
Foto & Video Kegiatan RYI  bisa dilihat di http://www.facebook.com/rumahyatimindonesiatv


Senin, 26 November 2012

BERAPA HARGA SORGA KITA ?

Sebuat saja namanya pak Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan.

Usai mereka membayar semua barang belanjaan. Tangan-tangan mereka sarat dengan plastik belanjaan. Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, “Beri kami sedekah, Bu!”

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1.000 rupiah.

Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala ia tahu jumlahnya dan ternyata itu tidak mencukupi kebutuhannya, ia kemudian menguncupkan jari-jarinya dan ia arahkan ke arah mulutnya, kemudian ia memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke arah mulutnya. Seolah ia berkata dengan bahasa isyarat, “Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan.”

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, “Tidak…tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!”

Ironisnya, meski ia tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang adalah tanggal ia menerima gajian dari perusahaannya, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekeningnya.

Ia sudah berada di depan ATM. Ia masukkan kartu ke dalam mesin tersebut. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncullah beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.

Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Kemudian uang itu ia lipat menjadi kecil dan ia berniat untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Budiman menarik uang itu. Lalu saat sang wanita melihat nilai uang yang ia terima betapa giranganya dia. Ia berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan:

“Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga…!”

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putrid kecilnya, “Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga!”

Deg!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian meraka berdua yang berlari menyebrang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini berkaca-kaca dan istrinyapun mengetahui itu. “Ada apa Pak?” istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan, “Aku baru saja menambahkan sedekah kapada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!”

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman menyatakan bahwa ia member tambahan sedekah kepada wanita pengemis, namun Budiman melanjutkan kalimatnya, “Bu, aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdallah barkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaaang sekali ia berdoa!

Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt. sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat mengecek saldo dan ternyata di sana ada sejumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat malihat saldo itu, aku hanya mengangguk-ngangguk dan tersenyum. Aku lupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdallah.

Bu, aku malu kepada Allah! Dia hanya menerima 10 ribu tapi begitu bersyukurnya kepada Allah dan berterima kasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdallah.”

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba.

Jadi, berapa kira-kira harga Sorga kita ? ya, sebesar kesyukuran kita disetiap detik.

“Sesungguhnya Allah telah memberikan banyak karuniakepada  manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (Al-Baqarah :243)

MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Yuk, Kita ikutan Program-Program Amal Sholeh Rutin di Rumah Yatim Indonesia, silahkan dipilih sesuai kemampuan dan selera kita : FOOD for YATIMPERISAI HIDUP, SEDEKAH DAGING, WAKAF AL-QUR’AN, WAKAF BANGUNAN, WAKAF, WAKAF IKAN, SENYUM ZAKAT, WAKAF SUMUR, dan WAKAF BUSANA SHOLAT. Klik saja http://www.rumah-yatim-indonesia.org
  • Rekening Rumah Yatim Indonesia 
Bank BCA :
KCU. Kalimalang
230.38888 96  atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI : 
131.00.1047101.1 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
156.0003296409 Cab.Jatibening, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
0001.358.656 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
305.00116.15 Cab.Kalimalang, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank SYARIAH MANDIRI Cab.Tasikmalaya : 7032361948 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI Cab.Tasikmalaya : 0244928496 atas nama Rumah Yatim Indonesia
BNI Syari'ah Cab.Tasikmalaya: 6523518141 atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI Cab.Tasikmalaya : 010001055225502 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb Cab.Tasikmalaya :
0017778552100 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
  • Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau087885554556 atau BBM ke 2843E80F ( Ust.Aly )
Kantor Pusat : Jl.ir.H.Juanda no.10 Tasikmalaya Tlp.0265-2354149
Pusat Kegiatan : Jl.Bandung Blok II no.A137-142  Perumanas Kotabaru Cibeureum Tasikmalaya Tlp.0265-2351868/2351814
Cabang Kegiatan : Lengkapnya bisa dilihat di http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com
Foto & Video Kegiatan RYI  bisa dilihat di http://www.facebook.com/rumahyatimindonesiatv



IRHAM DARUL QUTNI

Minggu, 25 November 2012

PROGRAM FOOD FOR YATIM


Assalaamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Alhamdulillah, betapa kasih sayang Allah SWT begitu besarnya kepada kita karena hingga detik ini kita masih diberi kesempatan untuk menikmati hidup ini dengan iringan REZEKI yang tak pernah telat mencukupi kebutuhan kita, semoga kesempatan hidup yang di Dunia yang sesaat ini, dapat kita penuhi dengan segala bentuk aktifitas sesuai dengan MAUNYA ALLAH SWT.

Sahabat......, kehidupan para Yatim dan Dhu'afa baik yang masih dalam naungan keluarga ataupun yang hidup di Panti-Panti Sosail, Pesantren dan Rumah Yatim tidaklah sama dengan kehidupan para keluarga normal  yang hidup berkecukupan, Bagi Keluarga Yatim dan Dhu'afa yang penting bagi mereka hari ini ada beras yang bisa dimasak, mereka bisa dan terbiasa makan dengan kerupuk saja atau lauk ikan asin saja, atau dengan sambal dan sayur saja atau yang paling gampang bagi mereka dengan mie instan juga sudah cukup .

Untuk itulah bagi kita yang punya sedikit kelebihan Rezeki bisa kita gunakan untuk beramal Shaleh dengan membantu kebutuhan beras dan Mie Instan untuk para Yatim dan Dhu'afa dengan pilihan Sedekah sebagai berikut :
1.       Beras 5 kg = Rp. 40.000,-
2.       Mie Instan 1 Dus = RP.50.000,-
Caranya :

Transfer dana sedekah, lalu ketik SMS
" BISMILLAH, NAMA, NIAT SEDEKAH UNTUK MAKAN YATIM & DHUAFA berupa  BERAS…..kg dan atau Mie Instan…..dus KARENA ALLAH SWT,  lalu Kirim SMS ke 081313999801 atau 087885554556  atau BBM ke 2843E80F  ( Ust.Aly ) bagi yang tidak konfirmasi juga gak masalah

Bagi Anda yang berminat silahkan salurkan sedekah kita untuk Program Food For Yatim melalui :



  • Rekening Rumah Yatim Indonesia  

Bank BCA :
KCU. Kalimalang

230.38888 96  atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI : 
131.0010 47 1011 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
156.0003 296 409 Cab.Jatibening, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
0001.358.656 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
305.00116.15 Cab.Kalimalang, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank SYARIAH MANDIRI  : 
70 323 619 48 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI  :  
0244 928 496 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

BNI Syari'ah :
65 235 181 41 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI  :  
01000 1055 2255 02 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb :
001 777 8552 100 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556 atau BBM ke 2843E80F ( Ust.Aly )


Kantor Pusat : Jl.Ir.H.Juanda no.10 Tasikmalaya Tlp.0265-2354149

Pusat Kegiatan : Jl.Bandung Blok II no.A137-142  Perumanas Kotabaru Cibeureum Tasikmalaya Tlp.0265-2351868

Cabang Kegiatan : Lengkapnya bisa dilihat di http://www.rumah-yatim-indonesia.org

Foto & Video Kegiatan RYI  bisa dilihat di http://www.facebook.com/rumahyatimindonesiatv

Atas Nama Anak-Anak Asuh Kita
di Rumah Yatim Indonesia
 
 IRHAM DARUL QUTNI




Sabtu, 24 November 2012

SELEMBAR KOTORAN DI DOMPET KITA


Sahabat, seorang teman Direktur sebuah Perusahaan Multinasional pernah mengajukan sebuah ‘Protes Hukum' seputar Zakat, beliau kurang setuju kalau Zakat Maal itu hanya dikeluarkan setahun sekali, mestinya setiap bulan sedangkan Infaq dan Sedekah bisa dikeluarkan setiap saat sesuai kondisi Proyek Perjuangan dan Kebutuhan masyarakat Fakir Miskin disekitar kita, alasan beliau sangat simple, " orang fakir miskin, anak Yatim yang susah makan disekitar kita sekarang ini jumlahnya sangat-sangat banyak, lha kalo harus nunggu 1 tahun atau nunggu Ramadhan datang, bisa-bisa mereka mati kelaparan, wah kita semua bisa ikut nanggung dosanya lho, gimana ?, jadi memang lebih amannya kita harus keluarkan setiap bulan dari nett income kita, baik itu perorangan maupun perusahaan, lha wong cuma 2,5% ini, itu kan jumlah yang sangat TIDAK memberatkan".

"Oh ya, satu lagi, saya juga tidak setuju kalau Dana Zakat itu harus dikelola, diputar-putar, diabadikan atau apalah namanya dalam bentuk Deposito atau Danareksa atau Disimpanpinjamkan lalu hasilnya baru dibagi-bagikan kepada yang berhak, karena orang-orang yang susah makan itu sudah setahun menunggu dapat bagian zakat yang tidak seberapa harus ditahan lagi sampai berapa tahun lagi?, ya kalau untung, kalau buntung siapa yang nanggung ? ".
"Bagaimana dengan RYI ?". "Oh, setuju banget, yang jelas gak sempat menyimpan, dana-dana ummat itu hanya transit di rekening, lalu dialokasikan habis sesuai Program yang sedang dijalankan, kecuali Program Khusus non-Zakat, misalnya kita punya Program Wakaf Ikan, ya bener-bener dikelola untuk Tanam Ikan yang ditangani secara kompeten dan profesional atau Program Wakaf bangunan, ya betul-betul buat membangun." Demikian itu hanya sebuah pendapat  sang Direktur dengan bersemangat sambil mengeluarkan Amplop Zakatnya untuk RYI.

Sahabat, kalo sepiring makanan yang lezat siap santap terhidang didepan mata kita disaat perut kita benar-benar keroncongan, namun ternyata ada secuil kotoran yang terikut dalam makanan tersebut, akankah kita santap juga semua makanan itu tanpa sisa? bukankah itu namanya cari penyakit? ya...Cuma 2,5% kotoran yang hinggap di saku dan dompet kita, segera saja kita bersihkan dengan memberikan kepada yang berhak menerimanya, maka penyakit akan menjauh dan berkah akan mendekat, seperti itulah kira-kira analogi Zakat, ya...2,5% dari net income kita adalah hak orang-orang yang susah cari makan, yang saat ini jumlahnya semakin meningkat dan itu bisa jadi ada disekitar kita.

Ya, Zakat adalah HAK ORANG LAIN yang dititipkan Allah kepada kita, jangan ditahan mari kita keluarkan dengan Senyuman.

Baik, siapa yang bulan ini atau bulan-bulan kemarin belum mengeluarkan Zakat, silahkan Rumah Yatim Indonesia siap membantu menyalurkan kepada para mustahik ( yang berhak menerima ) yang bernaung dibawah Rumah Yatim Indonesia.

Caranya ?
Transfer Dana Zakat lalu Ketik :
" BISMILLAH, NAMA, NIAT ZAKAT Bulan......= Rp. .......... KARENA ALLAH SWT, Untuk Mensucikan Harta Saya, lalu Kirim SMS ke 081313999801 atau 087885554556  atau BBM ke 2843E80F  ( Ust.Aly )


Masih banyak Program Menarik Lainnya silahkan klik saja http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com ditunggu ya................

Rekening Rumah Yatim Indonesia 

Bank BCA :
KCU. Kalimalang

230.38888 96  atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MANDIRI : 
131.0010 47 1011 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
156.0003 296 409 Cab.Jatibening, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank MUAMALAT :
0001.358.656 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
305.00116.15 Cab.Kalimalang, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank SYARIAH MANDIRI 
70 323 619 48 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI  :  
0244 928 496 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

BNI Syari'ah :
65 235 181 41 Cab.Tasikmalaya, atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI  :  
01000 1055 2255 02 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb :
001 777 8552 100 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556 atau BBM ke 2843E80F ( Ust.Aly )


Kantor Pusat : Jl.Ir.H.Juanda no.10 Tasikmalaya Tlp.0265-2354149

Pusat Kegiatan : Jl.Bandung Blok II no.A137-142  Perumanas Kotabaru Cibeureum Tasikmalaya Tlp.0265-2351868

Cabang Kegiatan : Lengkapnya bisa dilihat di http://www.rumah-yatim-indonesia.org

Foto & Video Kegiatan RYI  bisa dilihat di http://www.facebook.com/rumahyatimindonesiatv

 IRHAM DARUL QUTNI


                                                                                 

DUH! KENAPA CUMAN 5 RIBU YACH?

Matanya ke sana ke mari, entah mencari apa. Dari wajah dan pakaianya yang lusuh tampaknya ibu ini barusan berpergian yang jauh. Apalagi ia membawa tas pakaian yang reslitingnya sudah rusak, sehingga pakaian yang ia bawa tampak dari luar. Aku kuatir ia akan ditipu oleh para calo yang ada di terminal Joyoboyo ini, karena biasanya wajah yang binggung seperti ibu ini akan mudah sekali menjadi korban calo terminal. "Ibu mau kemana?" tanyaku. "Saya mau ke Kupang", jawabnya lirih. Jarak Kupang (sebuah daerah di Surabaya) dari terminal Joyoboyo tidaklah terlalu jauh kurang lebih 5 kilometer. "Ibu tahu lyn (angkutan kota) ke Kupang?" tanyaku lagi. "Tahu, Mas", jawabnya dengan tatapan sayu. "Baiklah Ibu, saya duluan", aku berpamitan meninggalkan ibu tersebut.

Kebetulan kali ini aku lagi bersama dua teman tengah berjalan kaki dari Gedung Jatim Expo menuju ke kantor di jalan Bogowonto, dan jalur yang aku tempuh ini searah dengan jalur menuju Kupang. Ketika tanpa sengaja aku menoleh ke belakang, ternyata ibu tersebut juga berjalan kaki kurang lebih lima puluh meter di belakangku, padahal katanya tadi akan naik angkutan ke Kupang. Beberapa kali aku menoleh, dan ternyata ia masih di belakangku. Pasti ada masalah ibu ini pikirku.

Ketika tepat di depan patung Suro dan Boyo di depan Kebun Binatang Surabaya aku menghentikan langkah sambil menjelaskan kepada teman yang berasal dari Makassar arti historis dari patung tersebut yang menjadi awal mula dari nama kota Surabaya. Sebenarnya aku berhenti ini sambil memperhatikan ibu ini, ternyata ia melewatiku begitu saja, berarti dia tidak ada maksud apapun kepadaku, maka aku segera kembali berjalan di belakangnya.

"Ibu katanya mau naik lyn ke Kupang, tapi kok jalan", tanyaku. "Ya ...", jawabnya lirih mungkin karena kecapaian dalam perjalanan. "Tapi mengapa Ibu masih jalan kaki?" tanyaku. "Saya tidak punya uang", jawabnya dengan lebih lirih mungkin karena malu mengatakannya. "Rumah Ibu dimana?" tanyaku untuk mempertegas apakah ibu ini berbohong atau tidak. "Di Banyu Urip", jawabnya. "Banyu Urip mana?" tanyaku lagi. "Banyu Urip gang Bok Abang", jawabnya lagi. Berarti ia akan naik angkutan 2 kali dari sini. Segera aku sodorkan uang lima ribu rupiah, "Ini Ibu untuk naik lyn", ucapku. Seketika itu wajahnya berubah sangat luar biasa menjadi cerah dan bibirnya tersenyum, "Terima kasih, Mas", ucapnya spontan sambil menerima uang. Segera ia melambaikan tangan untuk menghentikan angkutan, dan segera ia naik angkutan yang menuju Kupang.

Kejadian tersebut sangat cepat tiba-tiba ia sudah naik angkutan, dan angkutan sudah berjalan meninggalkan aku yang masih terdiam. Mungkin ia sudah sangat ingin bertemu keluarganya, tapi dalam hatiku ada rasa sesal yang dalam. Maksudku menyodorkan uang lima ribu rupiah tadi untuk mengetahui apakah ia berbohong atau tidak, sebab biasanya jika berbohong responnya akan masih seperti kekurangan atau minta tambah. Tapi ternyata Ibu tadi tidak berbohong, sehingga uang lima ribu yang aku berikan sudah sangat berharga dan berarti baginya.

Astaghfirullah, seandainya saya tadi bisa menambah lebih banyak lagi, tentunya tidak hanya untuk biaya naik angkutan saja yang bisa ia bayar, mungkin ia bisa membelikan roti sisir yang harga hanya dua ribu lima ratus rupiah saja untuk anak-anaknya yang menunggunya di rumah. Jika lima ribu rupiah yang pertama bisa membuat ia bahagia karena dapat naik angkutan untuk pulang, dan dengan tambahan yang lebih akan membuat anak-anaknya bergembira menyambutnya, berarti akan semakin banyak wajah yang kembali tersenyum. Tapi mengapa tadi aku ragu memberikan tambahan lima ribu lagi?

Sahabat, penyesalan seperti ini pernah terjadi di masa Rasulullah SAW, seperti kisah dibawah ini :

Seperti biasa ketika hari Jum’at tiba para kaum lelaki berbondong-bondong menunaikan ibadah Sholat Jum’at ke Masjid, ketika itu ada seorang Sahabat sedang bergegas menuju ke Masjid di tengah jalan berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntunnya, lalu sahabat ini dengan sabar dan penuh kasih membimbingnya hingga tiba di masjid.
Pada hari yang lain ketika waktu menjelang Shubuh dengan cuaca yang amat dingin, Sahabat tersebut hendak menunaikan Jama’ah Sholat Shubuh ke Masjid, tiba-tiba ditengah jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan, kebetulan Sahabat tadi membawa dua buah mantel, maka ia mencopot mantelnya yang lama untuk diberikan kepada lelaki tua tersebut dan mantelnya yang baru ia pakai

Pernah juga pada suatu ketika Sahabat tersebut pulang ke rumah dalam keadaan sangat lapar, kemudian sang istri menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging, namun tiba-tiba ketika hendak memakan roti yang sudah siap santap untuk dimakan tadi datanglah seorang musafir yang sedang kelaparan mengetuk pintu meminta makan, akhirnya roti yang hendak beliau makan tersebut dipotong menjadi dua, yang sepotong diberikan kepada musafir dan yang sepotong lagi beliau memakannya.
Maka ketika Sahabat tersebut wafat, Rosulullah Muhammad SAW datang, seperti yang telah biasa dilakukan beliau ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Rosulullah berkata,” Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?”

Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal” “Apa yang di katakannya?” “saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum wafat, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."

“Bagaimana bunyinya?” desak Rosulullah.

Istri yang setia itu menjawab, “suami saya mengatakan “Andaikata lebih panjang lagi……andaikata yang masih baru..…. andaikata semuanya…….”
hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?”

Rosulullah tersenyum.”sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,”ujarnya.

Jadi begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum’at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun.

Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan betapa luar biasanya pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata “andaikan lebih panjang lagi”. Maksud suamimu, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar lagi.

Ucapan lainnya ya Rosulullah?” tanya sang istri mulai tertarik.

Nabi menjawab,”adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan.

Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya.

Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, “Coba andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi”.Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?” tanya sang istri makin ingin tahu.

Dengan sabar Nabi menjelaskan,”ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan.

Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ‘ kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab ANDAIKATA SEMUANYA KUBERIKAN KEPADANYA, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda
Sahabat, jangan sampai penyesalan seperti ini terjadi ketika masa bakti kita tinggal sejenak di dunia fana ini, mumpung masih banyak yang menawarkan peluang beramal shaleh, kenapa tidak kita segerakan dan kita istiqomahkan……………….
“ Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh" [al-Munâfiqûn/63:10]

MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Yuk, Kita ikutan Program-Program Amal Sholeh Rutin di Rumah Yatim Indonesia, silahkan dipilih sesuai kemampuan dan selera kita : FOOD for YATIM, PERISAI HIDUP, SEDEKAH DAGING, WAKAF AL-QUR’AN, WAKAF BANGUNAN, WAKAF, WAKAF IKAN, SENYUM ZAKAT, WAKAF SUMUR, dan WAKAF BUSANA SHOLAT. Klik saja http://www.rumah-yatim-indonesia.org 



  • Rekening Rumah Yatim Indonesia 

  • Bank BCA :
  • KCU. Kalimalang
  • 230.38888 96  atas nama Yayasan BANTU (Recomended)
  • 230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

  • Bank MANDIRI : 
  • 131.00.1047101.1 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
  • 156.0003296409 Cab.Jatibening, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

  • Bank MUAMALAT :
  • 0001.358.656 Cab.Tasikmalaya, atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
  • 305.00116.15 Cab.Kalimalang, atas nama Yayasan Husnul Khotimah

  • Bank SYARIAH MANDIRI Cab.Tasikmalaya : 7032361948 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

  • Bank BNI Cab.Tasikmalaya : 0244928496 atas nama Rumah Yatim Indonesia
  • BNI Syari'ah Cab.Tasikmalaya: 6523518141 atas nama Rumah Yatim Indonesia

  • Bank BRI Cab.Tasikmalaya : 010001055225502 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

  • Bank bjb Cab.Tasikmalaya :
  • 0017778552100 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

  •  Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556 atau BBM ke 2843E80F ( Ust.Aly )

  • Kantor Pusat : Jl.ir.H.Juanda no.10 Tasikmalaya Tlp.0265-2354149
  • Pusat Kegiatan : Jl.Bandung Blok II no.A137-142  Perumanas Kotabaru Cibeureum Tasikmalaya Tlp.0265-2351868/2351814
  • Cabang Kegiatan : Lengkapnya bisa dilihat di http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com
  • Foto & Video Kegiatan RYI  bisa dilihat di http://www.facebook.com/rumahyatimindonesiatv


 IRHAM DARUL QUTNI

Jumat, 23 November 2012

PERISAI HIDUP

Sahabat, ada dua sebab kenapa kita begitu semangatnya bekerja keras peras keringat menghabiskan hampir separuh waktu dalam sehari bahkan lebih, ya... karena kita ingin meraih KENIKMATAN dan menghindari SENGSARA istilah Qur'annya BASYIIRON wa NADZIIRON. Kalo kenikmatan masing-masing kita sangat RELATIF cara mencapainya, ada yang ingin segera, ada yang santai-santai saja bahkan ada yang tidak berkeinginan sama sekali karena FANAnya dan Cuma SESA'AT nya itu.

Tapi kalo SENGSARA hampir semua kita selalu menghindarinya baik di Dunia ini apalagi nanti di Akhirat, ya sebisa mungkin kita gak pernah ketemu itu yang namanya miskin, hidup susah serba kekurangan, Broken Home, apalagi sakit keras berlama-lama, lecet dikit saja kalo bisa jangan, Banjir, Gempa apalagi Tsunami , wah tambah gak mau lagi kita ketemu yang mengerikan seperti itu.

Nah, gak mau kan kita hidup sengsara, ketemu saja jangan sampai, apalagi bener-bener sengsara, na'udzubillahi min dzaalik, ya tapi kalo sudah berusaha menghidar masih juga terjebak, ya itulah yang namnya Taqdir, kita terima saja dengan Tulus Ikhlash.

Tapi kalo ada KIAT JITU agar kita gak pernah ketemu itu yang namanya SENGSARA seumur-umur hidup kita, bagaimana ? mau ? ya maulah, apa tuh kiatnya ? gampang saja kok, yang namnya Sengsara itu selalu menyerang kita secara tiba-tiba, makanya kita harus punya yang namanya PERISAI yang canggih yang mampu menangkal serangan Sengsara itu secara Otomatis, wah ada-ada saja, nih ! lho iya harus itu, gak mahal kok belinya, wah pake beli segala ya! Lha iya, itu kan kebutuhan yang urgen kita, masak gak mau beli sih. Ya kalo gak mau beli Perisai ya siap-siap saja diserang Sengsara dan terimalah dengan tulus ikhlash, he he he.....itu juga gak masalah tergantung ketangguhan cara hidup kita.

PERISAI apaan sih kok bisa otomatis menangkal serangan sengsara ? mau tau namanya ? SEDEKAH !, wah sedekah-lagi sedekah lagi, lho jangan salah, Sedekah itu GAK HARUS PAKE UANG kok, senyum itu sedekah, zikir dan sholawat juga sedekah, Sholat Dhuha sedekah juga, mendidik anak, menolong orang susah tambah sedekah, pokoknya segala bentuk kebajikan yang memberi manfaat untuk banyak orang itulah sedekah, artinya semua kita itu mampu melaksanakan itu semua menimal salah satu diantaranya, betul ?

Nah agar PERISAI kita itu bekerja secara otomatis maka SEDEKAH itu harus kita lakukan SETIAP HARI bahkan kalo bisa SETIAP PAGI ketika kita baru bangun tidur, wah gila, jangan-jangan pembodohan nih... mana dalilnya ? coba dech kita analisis pesan Rosulullah SAW berikut ini :

" Bersegeralah untuk bersedekah karena yang namanya bala'(Bencana=musibah=sengsara) itu TIDAK akan pernah MENDAHULUI sedekah ".  ( coba mendahului kita saja gak bisa, apalagi mau menyerang, ketinggalan jauh men...)

" Mulai pagi harimu dengan sedekah, barangsiapa yang memulai pagi harinya dengan sedekah, ia tidak akan terkena sasaran bala' " ( ini baru jaminan alias asuransi yang paling handal dan bekerja secara otomastis gak pake birokrasi klaim sana sini, inilah yang mestinya kita miliki ).

Bahkan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah mengatakan bahwa sedekah itu mampu menolak berbagai bencana meskipun pelakunya bukan orang Muslim, pantes saja Bill Gate tambah kaya, Tung Desem juga Berani Hujan Duit.

Terus gimana caranya bisa sedekah setiap pagi ? bagi yang masih nganggur belum punya penghasilan, sedekahnya harus lebih besar ! lho kok gitu ? lha iya kan waktu luang dan tenaganya masih banyak. bangun harus lebih pagi, minimal satu jam sebelum Adzan Shubuh, ambil air wudhu atau mandi lalu Sholat Tahajjud 2 rakaat sampai 11 rakaat, terus baca tahmid, tasbih dan tahlil sampai Shubuh, sudah Sholat Shubuh baca Al-Qur'an terus bersih-bersih rumah dan lingkungan bila perlu halaman atau kebun tetangga dan saudara juga diperindah, lalu programkan setiap hari bersihkan satu atau dua Masjid sekalian Sholat Dhuha di Masjid itu 2 rakaat sampai 8 rakaat. Nah itu saja kalo bisa kita lakukan nilai sedekahnya sudah sangat-sangat besar apalagi kalo mau ditambah lagi misalnya kasih bimbingan belajar adik-adik kita atau anak-anak  sekitar baca tulis atau baca Al-Qur'an, lebih besar lagi tuh sedekahnya. Ditambah lagi kalo Sholat Jama'ahnya tepat waktu dan selalu di Masjid wah tambah gak kehitung besaran sedekahnya itu. Mestinya seperti itulah ketika kita dalam posisi pengangguran harus lebih banyak bersedekah ! dan yakin, gak lama pasti dapat kerjaan !

Bukan malah sebaliknya, sudah pengangguran bangun kesiangan, malasnya gak ketulungan, hari-hari Cuma habis untuk menghayal yang bukan-bukan, kira-kira siapa yang mau nawarin kerjaan ? he he he setan kali yee...

Tapi bagi kita yang sudah punya penghasilan walau masih pas-pasan, bangun tidur langsung sambar HP buka M-Banking, Transfer Sedekah dech, gampang n praktis kan ? berapa sedekahnya ? ya sesuai kemampuan saja gak usah dipaksakan besar-besar, kan ceritanya kita mau sedekah harian ! 1000 perak juga boleh, lebih juga gak apa-apa, kemana ? ke rekening RYI lah, ha ha ha, gak kok kemana saja bisa, yang kita yakini bener saja, emang ada yang gak bener ?, ya ada bahkan gak sedikit ! tapi kan kita gak boleh su'udhon, karena sebenarnya ketika kita mengeluarkan sedekah itu hakekatnya kita sedang bertransaksi sama Allah SWT bukan kepada penerimanya, Tapi kalo transfer dengan nilai kecil gitu harus dengan rekening Bank yang sama, karena kalo tidak sama biayanya lumayan, kena 5000 perak lho, keenakan Banknya kan, tapi kalo sama kan gak ada biaya.

Itulah enaknya kalo kita sudah punya penghasilan, tinggal kelola uang kita saja agar bisa optimal dan mengamankan kehidupan Akhirat kita tanpa harus melupakan kebutuhan Duniawi kita, misalnya agar harta kita selalu bersih, setiap awal bulan gajian atau dapat keuntungan usaha, langsung kita potong 2,5% untuk ZAKAT, agar kita terhindar dari segala bentuk resiko sengsara kita bayar premi Asuransi setiap bangun pagi dengan sedekah, di Akhir Bulan kalo masih ada yang tersisa juga, jangan lupa ABADIKAN juga dengan Sedekah atau WAKAF, karena justru itulah Harta kita yang sesungguhnya yang akan dapat kita nikmati sepuas-puasnya tanpa batas, walau nilai sedekah kita kelihatnnya tak seberapa.

Itu bukan berarti kita tidak perlu lagi melakukan sedekah ala pengangguran diatas, kalo kita mampu sedekah dengan harta dan juga melakukan sedekah ala pengangguran itu jauh lebih baik bahkan akan terjadi PERCEPATAN SUKSES Dunia Akhirat. Siapa sih yang gak mau dipercepat suksesnya oleh Allah SWT ? gak enak lho kalo setiap ingin memenuhi kebutuhan kita harus NGANTRI, ya kalo ngantri di dunia sih masih mendingan, 1 jam sampai 1 harian lah, tapi kalo di Akhirat, kita akan ngantri bersama milyaran ummat manusia dari segala zaman, nah kalo kita kita gak punya ‘KARTU SAKTI' dari Allah SWT, gak bakalan kita bisa ketemu Allah SWT dari ‘Pintu Rahasia'.

Hebatnya lagi, sedekah kita itu bukan hanya bisa memproteksi diri kita tapi memberi dampak manfaat yang sangat luas kepada Generasi kita, itulah enaknya kalo kita sedekah berjama'ah, gak terasa tapi dampaknya luar biasa, coba kalo kita punya uang 10 ribu lalu kita datang ke Panti Asuhan untuk sedekah, kok rasanya gimana gitu, gak enak n malu gitulah.

Beda kalo kita sedekah dengan seribu saja setiap hari bersama 100rb jama'ah di FB RYI, itu bisa terkumpul  3 Milyar lho, wuih dahsyat ya apalagi kalo bisa lebih dari 1000 perak per harinya, dengan 3 Milyar per bulan, betapa hebat dan canggihnya Generasi kita yang akan datang jika kita dukung dengan fasilitas yang memadahi, gak kebayang tuh kecepatan melesatnya, yuk kita mulai.....!

Sahabat, tetaplah semangat bersedekah dan mencoba bersedekah setiap hari sebagai Asuransi / Perisai Hidup kita, kalo ribet ya bisa seminggu sekali atau minimal sebulan sekali, sekescil apapun itu, jangan sampai tidak sama sekali, yakin kita bisa !

Jadi Kesimpulannya, Sedekah itu KEBUTUHAN KITA karena Harta yang kita Sedekahkan itu sebenarnya adalah HARTA ORANG LAIN yang dititipkan Allah kepada kita.

Sudah Sedekah kita hari ini ? ada banyak pilihan Program menarik lainnya yang bisa kita ikuti, silahkan klik saja http://www.rumah-yatim-indonesia.blogspot.com ditunggu ya.....

Rekening Rumah Yatim Indonesia

BCA :
230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

MANDIRI :
131.001 047 10 11 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia atau
156.0003 296 409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

MUAMALAT
0001.358.656 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia atau
305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

SYARIAH MANDIRI :
703 236 1948 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

BNI : 0244 928 496 atas nama Rumah Yatim Indonesia
BNI Syariah : 65 235 18 141 atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI : 01000 10 552255 02 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank bjb : 001 777 8552 100 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556 atau BBM ke 2843E80F ( Ust.Aly )

 IRHAM DARUL QUTNI

Rabu, 21 November 2012

200 KALI BERZINA

Pagi itu di Madinah Al-Munawarah dalam sebuah kesempatan Umrah di tahun 2007, seorang ustaz pembimbing dihadang oleh seorang jemaahnya saat sarapan pagi di restoran hotel. Jemaah tersebut meminta waktu sang ustaz untuk berkonsultasi sedikit dari permasalahan. “Ustaz apakah bila seseorang mempunyai dosa yang menggunung kemudian dia bertaubat dan minta ampun kepada Allah maka taubatnya akan diterima?”
Sambil tersenyum sang ustaz menjawab enteng, “Tentu taubatnya akan Allah terima!”
“Tapi ustaz, ada seorang sahabat saya yang kebetulan sedang berumrah dan ada di Madinah saat ini, dan ia ragu kalau taubatnya tidak diterima oleh Allah!” Sambung sang jemaah.
“Mengapa ia masih ragu?!” sahut pak ustaz.
“Sebab dia pernah melakukan dosa zina, Ustaz!” tandas sang jemaah.
Sambil menampakkan wajah penuh keteduhan dan keseriusan, sang ustaz berkomentar, “Peluang untuk bertaubat akan senantiasa terbuka untuknya!”
“Tapi ustaz, zina yang dia lakukan nggak cuma sekali!” jelas sang jemaah.
“Memangnya berapa kali zina yang dilakukannya?” tanya sang ustaz penasaran.
“100 kali zina mungkin pernah dia lakukan, Ustaz!” imbuh sang jemaah.
“Astaghfirullahal Adzhim!” terdengar sang ustaz beristighfar sebab kaget mendengarnya. Terlihat rona dan mimik wajah sang ustaz berubah sebab keterkejutan itu.

Mendapati hal itu sang jemaah bertanya sekali lagi kepada gurunya tadi, “Kalau dosa zina sebanyak itu, apakah ada kesempatan bertaubat untuknya, Ustaz?!”
Sang ustaz mengela nafas kemudian berkata, “Tentu, kesempatan bertaubat akan selalu terbuka untuknya. Kedua tangan Allah Swt. akan terbentang di waktu malam, agar orang yang berdosa di waktu siang sempat bertaubat. Kedua tangan-Nya pun akan selalu terbuka di waktu siang, agar orang yang berdosa di waktu malam sempat untuk bertaubat.”


Dan Abu Musa ra. dan Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa jallah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kejahatan di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kejahatan di malam hari sampai matahari terbit dari barat (kiamat).”


“Pintu taubat selalu terbuka untuk hamba Allah sepanjang waktu, baik siang, malam, pagi maupun petang!!!”
Mendengar penjelasan ini sang jemaah merasa agak nyaman. Terdengar jemaah itu bergumam lalu ia pun melanjutkan bicara, “Kayaknya sahabat saya itu tidak berzina sebanyak 100 kali deh, Ustaz!” Mendengarnya sang ustaz berharap dalam hati bahwa angka zina yang dilakukannya tidak mencapai sebanyak itu. Namun sang ustaz teramat kaget begitu mendengar sang jemaah melanjutkan kalimatnya.

“Kayaknya 200 kali zina juga lebih dia lakukan!!!” Imbuh sang jemaah.
“ASTAGHFIRULLAHAL AZHIM. !!!“ Sang ustaz beristighfar kepada Allah dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Tak terbayang oleh sang ustaz tentang sosok hamba Allah Swt. yang berani melakukan dosa zina sebanyak itu. Sang ustaz merenung dan memikirkan kelakukan manusia bejat ini, hingga rona wajah sang ustaz sungguh berubah secara drastis.

Melihat reaksi seperti itu sang jemaah kembali mengejar. “Ustaz, kalau dosa sebanyak itu, apakah bila ia bertaubat maka akan diterima oleh Allah?!”
Berat sebenarnya sang ustaz menata hati saat mendengar peristiwa ini. Namun sang ustaz mencoba untuk tersenyum dan meyakinkan jemaahnya dengan ucapan, “Meski dosa tiada terhitung. Meski dosa setinggi langit, bahkan bila dosa itu sepenuh bumi. Selagi sang hamba bertaubat dan beristigfar kepada Allah, maka pasti Allah Swt. akan menerima taubat dan memberi ampunan untuknya!”


Anas bin Malik berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, Allah Swt. berkata, ‘Wahai anak manusia, selama engkau berdoa kepada-Ku dan mengharapkan ampunan-Ku, Aku ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan Aku tidak peduli. Wahai anak manusia, seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku ampuni dosa-dosa-Mu, dan Aku tidak peduli. Wahai manusia seandainya engkau mendatangi-.Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku, pasti Aku akan mendatangimu dengan membawa ampunan sepenuh bumi. (HR. At-Tirmidzi)

Jawaban ustaz terakhir membuat sang jemaah merasa lega. Ia mulai tersenyum dan kemudian mengatakan, “Alhamdulillah, kalau memang demikian maka saya akan menyampaikan kabar ini kepada sahabat saya itu. Semoga ia yakin bahwa taubatnya akan Allah terima. Tapi ustaz, supaya dia bisa dengar langsung... bisakah saya ajak dia untuk bertemu dengan ustaz?”

“Dengan senang hati saya bersedia berjumpa dengannya. Silakan datang ke kamar 709. Saya tunggu ya di kamar pukul 8 pagi ini!” Terang Pak Ustaz. Sejurus kemudian sang ustaz meninggalkan jemaahnya di meja restoran. Beliau pergi menuju kamarnya sambil terus berucap istighfar kepada Allah Swt. karena sulit membayangkan betapa besar dosa yang dilakukan oleh hamba Allah Swt. seperti yang diceritakan jemaahnya.

Setelah beliau istirahat di kamar, lalu tepat pukul 8 pagi, sang ustaz mendengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Sang ustaz sigap bangkit untuk membuka pintu, dan ia menduga di balik pintu kini sudah berdiri dua orang manusia. Pertama adalah jemaah yang sudah dikenalnya, dan satunya lagi adalah sahabat jemaahnya yang katanya pernah melakukan dosa zina bahkan 200 kali lebih!

Sayang..., begitu sang ustaz membuka pintu ternyata di sana hanya berdiri sesosok pria yang tiada lain adalah jemaahnya sendiri, “Mana sahabatmu yang mau konsultasi?” Sang ustaz menanyakan.
“Tadinya dia sudah mau ke sini, namun setelah berpikir beberapa lama ia mengutusku saja untuk menemui ustaz. Dia bilang, ia malu berjumpa dengan Ustaz!” Jelas sang jemaah.


“Ya sudah kalau begitu, silakan masuk!” Sahut Pak Ustaz. Jemaah itu kemudian masuk ke kamar sang ustaz.

Dia duduk di salah satu kursi yang ada dalam kamar itu. Sedikit terdengar pembicaraan pembuka suasana, hingga sang jemaah itu kembali bertanya hal yang sama kepada sang ustaz, “Apakah bila dosa zina, bahkan hingga lebih 200 kali akan bisa diampuni oleh Allah bila sang hamba mau bertaubat?!”

Sang ustaz mencoba meyakinkan dengan berbagai macam dalil Al-Quran dan hadits yang menyatakan bahwa Allah Swt. adalah Maha Penerima Taubat. Berkali-kali usai membacakan dalil sang ustaz menegaskan, “Pasti Allah Swt. akan menerima taubat hamba-Nya!!! Tentu dengan syarat ia TIDAK AKAN mengulagi lagi perbuatan itu lagi dan menyesali sepanjang hidupnya lalu mengikuti dengan berbagai amal sholeh yang mampu menunjang penghapusan dosa-dosa itu” Jawaban-jawaban ustaz itu rupanya sudah cukup melegakan bagi sang jemaah.

Usai berdiskusi selama setengah jam lamanya akhirnya sang jemaah kemudian menyalami tangan sang ustaz, Dengan mata berkaca-kaca dan tangis serta derai air mata yang terus mengalir tiada henti,  jemaah itu kemudian berkata, “Ustaz mohon maaf ya,orang durjana yang berzina lebih dari 200 kali itu tiada lain adalah saya sendiri orangnya!!!” Bagai disambar petir sang ustaz teramat kaget mendengarnya.

Seolah tak percaya mendengar penuturan itu, kedua mata sang ustaz memandangi jemaahnya yang kini sedang menangis di hadapannya mulai dari atas ke bawah hingga dia pandangi dengan cara yang sama berulang-ulang. “Kok bisa ya, ia melakukan semua dosa ini?!” Gumam sang ustaz dalam hati.
Namun sang ustaz menyadari bahwa ia telah mengungkapkan jaminan Allah membuka pintu taubat bagi pelaku zina sebanyak ini. Ia tidak akan menarik ucapannya lagi! Akhirnya sang ustaz memeluk jemaahnya dengan penuh kehangatan iman yang kini menjalar masuk menembus relung hati sang jemaah.
“Maafkan saya, Ustaz! Saya harus berbohong dalam masalah ini. Saya semula khawatir ustaz akan marah kepada saya bila tahu saya melakukan dosa sebanyak ini... Makanya saya berpura-pura bahwa yang melakukan ini adalah sahabat saya. Sungguh saya ingin bertaubat kepada Allah Swt atas semua dosa zina yang pernah saya lakukan.

Apalagi sekarang Allah Swt sudah beri saya seorang istri shalihah yang berjilbab Bahkan dua anak saya adalah perempuan. Setiap kali mau pergi meninggalkan rumah, saya merasa amat khawatir bila mereka bertiga akan digagahi oleh pria lain, seperti yang sering saya lakukan dengan banyak wanita. Saya gak sanggup menanggung dosa ini, Ustaz!!!” demikian ucapan jujur sang jemaah sambil terus menangis menumpahkan air matanya di dekapan sang ustadz.

Sang ustaz merasa iba dan haru mendengar penuturan taubat seorang jemaahnya. Beberapa petuah untuk bertaubat dan beristighfar diajarkan oleh sang ustaz untuk ketenangan hati jemaahnya. Akhirnya usai mendapatkan ketenangan batin itu, sang jemaah berpamitan dan ustaz pun melepasnya hingga ke depan pintu kamar. Lalu pintu itu pun tertutup kembali.

Sang ustaz menghirup nafas yang dalam usai tamunya pergi. Kini sang ustaz mulai mengerti betapa berat beban dosa yang dipikul pelakunya. Dan betapa dengan bertaubat dan beristighfar kepada Allah itu terdapat banyak kedamaian, ketenangan dan ketentraman jiwa. “Sungguh taubat dan istighfar akan membawa orang yang melaksanakannya bersih jiwa dan pikirannya kembali !!!” Simpul Sang Pak Ustaz.

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar [39]: 53)

Sahabat, Allah SWT memang Maha Pengampun, itu bukan berarti kemudian kita salahgunakan untuk melakukan dosa yang sebesar-besarnya, lalu kemudian kalo kita sudah puas baru bertaubat, kendati Allah Maha Pengampun tapi Allah juga MAHA TAU isi hati kita ketika kita berbuat maksiat tersebut, disengaja atau karena khilaf ? kalo kita sengaja mempermaikan kemahampunan Allah, maka hati kita akan dengan mudah direbut oleh Setan dan Setan tidak akan melepas sedetikpun hati kita untuk mendapatkan cahaya hidayah Allah SWT, tapi kalo karena khilaf atau ‘kebodohan’ kita, maka Allah masih sangat peduli untuk merebut hati kita dari genggaman Setan yang menguasai kita.

MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH

Yuk, Kita ikutan Program-Program Amal Sholeh Rutin di Rumah Yatim Indonesia, silahkan dipilih sesuai kemampuan dan selera kita : FOOD for YATIM, PERISAI HIDUP, SEDEKAH DAGING, WAKAF AL-QUR’AN, WAKAF BANGUNAN, WAKAF, WAKAF IKAN, SENYUM ZAKAT, WAKAF SUMUR, dan WAKAF BUSANA SHOLAT. Klik saja http://www.rumah-yatim-indonesia.org


 IRHAM DARUL QUTNI

Rabu, 14 November 2012

CERPEN RENUNGAN


Hening di Ujung Senja

Ia tiba-tiba muncul di muka pintu. Tubuhnya kurus, di sampingnya berdiri anak remaja. Katanya itu anaknya yang bungsu. Kupersilakan duduk sambil bertanya-tanya dalam hati, siapa mereka berdua?

"Kita teman bermain waktu kecil. Di bawah pohon bambu. Tidak jauh dari tepi Danau Toba," katanya memperkenalkan diri. Wau, kataku dalam hati. Itu enam puluh tahun yang lalu. Ketika itu masih anak kecil, usia empat tahun barangkali. "Ketika sekolah SD kau pernah pulang ke kampung dan kita bersama-sama satu kelas pula," katanya melanjutkan. Aku tersenyum sambil mengangguk-angguk. Belum juga dapat kutebak siapa mereka. Ia seakan-akan mengetahui siapa mereka sesungguhnya. "Wajahmu masih seperti dulu," katanya melanjutkan. "Tidakkah engkau peduli kampung halaman?" tanyanya. "Tidakkah engkau peduli kampung halamanmu?" tanyanya membuat aku agak risih. Dulu pernah keinginan timbul di hati untuk membangun kembali rumah di atas tanah adat yang tidak pernah dijual. Pelahan-lahan timbul ingatan di dalam benakku.

"Rumah kita dahulu berhadap-hadapan, ya?" kataku. Ia mengangguk. "Kalau begitu, kau si Tunggul?"

"Ya," jawabnya dengan wajah yang mulai cerah.

Lalu ia mengatakan perlunya tanah leluhur dipertahankan. "Jangan biarkan orang lain menduduki tanahmu. "Suatu saat nanti, keturunanmu akan bertanya-tanya tentang negeri leluhur mereka," katanya dengan penuh keyakinan. "Kita sudah sama tua. Mungkin tidak lama lagi kita akan berlalu. Kalau kau perlu bantuan, aku akan menolongmu."

"Akan kupikirkan," kataku. "Nanti kubicarakan dengan adik dan kakak," jawabku.

Pertemuan singkat itu berlalu dalam tahun. Pembicaraan sesama kakak-beradik tidak tiba pada kesimpulan. Masing-masing sibuk dengan urusan sendiri. Dan ketika aku berkunjung ke kampung halaman, kutemukan dia dengan beberapa kerabat dekat lainnya. Kudapati ia terbaring di tempat tidur, di ruangan sempit dua kali dua meter. Beberapa slang oksigen di hidungnya. Ia bernapas dengan bantuan oksigen. Matanya berkaca-kaca sambil mulutnya berkata, "Kudengar kau datang. Beginilah keadaanku. Sudah berbulan-bulan." Agak sulit baginya berbicara. Dadanya tampak sesak bernapas. Aku tidak mungkin berbicara mengenai tanah itu. Kuserahkan persoalannya kepada keluarga dekat.

Dalam kesibukan, waktu jua yang memberi kabar. Seorang kerabat dekat, waktu berjumpa di Jakarta, berbisik padaku, "Tunggul sudah tiada, pada usia yang ke-67."

"Oh, Tuhan," kataku kepada diriku sendiri. Kami lahir dalam tahun yang sama. Sebelum segala sesuatu rencana terwujud, usia telah ditelan waktu! Giliranku? bisikku pada diriku. 

Rendi selalu datang dalam mimpi. Diam-diam, lalu menghilang. Dahulu ia teman sekantor. Tetapi, karena mungkin ingin memperbaiki nasib, ia mengirim istrinya ke Amerika, justru ingin mengadu nasib. Ia menyusul kemudian, dengan meninggalkan pekerjaan tanpa pemberitahuan. Lewat Bali, Hawaii, ia sampai ke California. Di negeri penuh harapan ini ia memulai kariernya yang baru, bangun subuh dan mengidari bagian kota, melempar-lemparkan koran ke rumah-rumah. Entah apalagi yang dilakukannya, demi kehidupan yang tidak mengenal belas kasihan.

Setahun berada di sana, ia kehilangan istrinya, derita yang membawa duka karena kanker payudara. Sepi merundung hidupnya, di tengah keramaian kota dan keheningan pagi dan senja, membuatnya resah. Barangkali hidup tidak mengenal kompromi. Kerja apa pun harus dilakukan dengan patuh. Tetapi usia yang di atas enam puluhan itu cukup melelahkan untuk bertahan hidup. Tiada kawan untuk membantu. Semua bertahan hidup harus berkejaran dengan waktu. Dari agen koran subuh, sampai rumah jompo dari siang sampai senja, lalu pulang ke apartemen, merebahkan diri seorang diri, sampai waktu mengantar subuh dan mengulangi ritual siklus kehidupan.

Dari kesunyian hati itu, ia cuti ke tanah air, untuk mencari teman hidup pada usia senja.

Tetapi, dalam kesunyian di tanah air, ia mengembara seorang diri, dengan bus dan kereta api. Seperti seorang turis, suatu senja, entah serangan apa yang mendera dadanya, barangkali asmanya kumat. Ia terkulai di ruang hajat. Di sebuah stasiun kereta, petugas mencoba membuka kamar toilet. Menemukan kawan itu dalam keadaan tidak bernyawa. Identitas diketahui dengan alamat di Los Angeles. Petugas stasiun menghubungi nama yang tertera di Los Angeles. Dari Los Angeles datang telepon ke alamat di Bandung. Dari Bandung berita disampaikan kepada anaknya, tetapi kebetulan sedang ke Paris. Jenazah dibawa ke rumah anaknya, dan dimakamkan kerabat dekat yang ada di kota "Y".

Tragis, pada usia ke-64 itu, ia mengembara jauh merajut hidup, tapi ia berhenti dalam kesepian, jauh dari kenalan dan kerabat. Beberapa kenalan saja yang menghantarnya ke tempat istirahat.

Terlalu sering ia datang di dalam mimpi yang membuatku galau.

Beberapa waktu kemudian, aku mendapat SMS. Aku berhenti di pinggir jalan ramai dan mencoba membaca berita yang masuk.

Lusiana baru saja meninggal dunia. Tutup usia menjelang ulang tahun ke-61.

Besok akan dimakamkan. Kalau sempat, hadirlah.

Lusiana seorang sekretaris eksekutif yang hidup mati demi kariernya. Ia lupa kapan ia pernah disentuh rasa cinta, sampai cinta itu pun ditampiknya. Menjelang usia renta, ia menyaksikan ayah dan ibunya satu demi satu meninggalkan hidup yang fana. Juga abangnya, pergi mendadak entah menderita penyakit apa. Karier tidak meninggalkan bekas. Tidak ada ahli waris. Kawan-kawan meratapinya, dan melepasnya dalam kesunyian hati.

Hening di atas nisannya. Burung pun enggan hinggap dekat pohon yang menaungi makamnya.

Tidak biasa aku berlibur dengan keluarga. Kepergian ini hanyalah karena anak yang hidup di tengah keramaian Jakarta, yang berangkat subuh dan pulang menjelang tengah malam dari kantornya. Ada kejenuhan dalam tugasnya yang rutin, membuat ia mengambil keputusan libur ke Bali bersama orang tua. Aku yang terbiasa masuk kantor dan pulang kantor selama puluhan tahun, kerapkali lupa cuti karena tidak tahu apa yang harus dilakukan waktu cuti. Dan kini, aku duduk di tepi laut Hindia, menyaksikan ombak memukul-mukul pantai, dan sebelum senja turun ke tepi laut, matahari memerah dan bundar, cahaya keindahan Tuhan, sangat mengesankan ratusan orang dari pelbagai bangsa terpaku di atas batu-batu.

Tiba-tiba ada dering di HP istriku, sebuah SMS dengan tulisan:

Tan, Ibu Maria baru saja meninggal dunia. Kasihan dia. Di dalam Kitab Sucinya banyak mata uang asing.

Ibu Maria menyusul suaminya yang sudah bertahun-tahun meninggal dunia, dalam usianya yang ke-72. Ia pekerja keras sepeninggal suaminya yang dipensiunkan sebelum waktunya. Suaminya meninggal dalam usia ke-67 saat anaknya berpergian ke luar negeri dan tidak hadir ketika penguburannya.

Ibu Maria meninggal mendadak.

Aku baru saja menerima telepon dari kakakku yang sulung, dalam usianya yang ke-78. Kudengar suaranya gembira, walaupun aku tahu sakitnya tidak kunjung sembuh. Kalimat terakhirnya dalam telepon itu berbunyi: Tetaplah tabah, Dik. Kamu dan anak-anakmu, semua anak cucuku dan buyut, supaya mereka tetap sehat....

Dan tadi pagi, aku teringat. Usia menjelang ke-70, walaupun sebenarnya belum sampai ke situ, aku bertanya-tanya kepada diriku, jejak mana yang sudah kutoreh dalam hidup ini, dan jejak-jejak apakah yang bermakna sebelum tiba giliranku?

Aku tepekur.
Hening di ujung senja.
 IRHAM DARUL QUTNI